Angkatan Balai Pustaka


BAB IV
ANGKATAN BALAI PUSTAKA

  1. Balai Pustaka Sebagai Badan Penerbit
Angkatan Balai Pustaka lazim disebut juga angkatan “20 atau angkatan Siti Nurbaya. Menyamakan angkatan Balai Pustaka dengan angkatan “20 sebenarnya ridak tepat karena kegiatan sastra Indonesia sekitar tahun 1929 semata-mata terbatas pada kegiatan Balai Pustaka.
Nama Balai Pustaka menunjuk dua pengertian :
1. Sebagai nama badan penerbit
2. sebagai nama suatu angkatan dalam sastra Indonesia
Kedua pengertian itu berhubungan erat. Balai Pustaka sebagai badan penerbit sampai sekarang masih ada meskipun kedudukannya berbeda dengan dahulu. Badan tersebut sekarang ada dalam lingkungan depdikbud.
Pada akhir abad ke 19 pemerintah belanda banyak membuka sekolah-sekolah untuk bumi putra dengan maksud :
1.    mendidik pegawai-pegawai rendah uang dibutuhkan oleh pemerintah
2.    agar politik pengajar tetap dikuasai oleh pemerintah.
Tujuan belanda mendirikan Balai Pustaka antara lain :
a.     agar kehausan membaca dikalangan rakyat bisa dicukupi dengan buku-buku yang diterbitkan sendiri, sehingga tidak akan membahanyakan ketertiban dan keamanan negeri.
b.    Dengan menerbitkan sendiri buku-buku bacaan itu, pemerintah bermaksud secara tidak langsung memasukan unsure-unsur penjajahan melalui bacaan, hal ini nampak pada banyaknya cerita kepahlawanan yang disaring ke dalam bahasa Indonesia.
c.     Seakan-akan sebagai bales jasa atau sekedar untuk memberi hati kepada rakyat dalam hubungan dengan hubungan etis pemerintah pada masa itu.
Secara ringkas usaha dan kegiatan Balai Pustaka itu adalah :
a.     Mengusahakan penerbitan naskah-naskah cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia, misalnya : Dongeng Banyuwangi, Si Kelantan, dan juga cerita wayang yang amat digemari.oleh rakyat.
b.    Menerjemahkan dan menyadur cerita-cerita asing kedalam bahasa Indonesia misalnya : Abunawas, Si Bakhil, Sebatang Kara, Tom Sawyer dan sebagainya.
c.     Mengadakan penerbitan karngan-karangan asli yang ditulis oleh bangsa Indonesia sendiri yang sebagian besar berbentuk novel, misalnya : Azab dan Sengsara, Siti Nurbaya, Salah Asuhan dan sebagainya
d.    Menerbitkan majalah dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia.
e.     Mengadakan penyebaran buku-bku secara luas sampai di pelosok-pelosok, membangun perpustakaan di sekolah-sekolah, dan mengadakan penjualan buku-buku dengan harga murah.
  1. pengaruh balai pustaka terhadap perkembangan sastra Indonesia
Prof. Dr.A Teew dalam bukunya pokok dan tokoh di kesustraan Indonesia Baru menyinggung juga masalah ini.manfaat dan peran Balai Pustaka itu misalnya :
a.     memberikan kesempatan yang luas kepada para pengarang bangsa Indonesia untuk menghasilkan karangan dan dengan sendirinya memberikan kesempatan kepada rakyat untuk membaca karangan bangsa sendiri.
b.    Secara tidak langsung Balai Pustaka memberikan kesempatan juga kepada bangsa Indonesia untuk memperoleh pengetahuan dan kemajuan, terutama dalam bidang karang-mengarang.
c.     Penyebaran secara luas cerita-cerita rakyat, cerita-cerita terjemahan atau saduran dari sasrta asing banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan sastra suatu bangsa.

Persaratan itu tercantum dalam suatu “Nota over de Volkslectuur” yang dikeluarkan pada tahun 1911 dan ditandatangani oleh Dr. D.A. Rinks sebagai sekertaris komisi untuk bacaan rakyat dan sekolah-sekolah Bumi Putra. Isi nota Ringkes tersebut antara lain menurut syarat-syarat penerbitan Balai Pustaka yaitu :
a.     Karangan yang diterbitkan hendaklah yang dapat menambah kecerdasan dan memberikan pendidikan budi pekerti.
b.    Isi karangan tidak mengganggu ketertiban umum dan keamanan negri, artinya tidak bertentangan dengan garis politik pemerintah.
c.     Harus netral agama.
Adanya persyaratan-persyaratan mempunyai akibat dan konsekuensi yang sering dipandang orang sebagai unsur negative atau kelemahan dari Balai Pustaka. Adapun akibat-akibat tersebut misalnya :
a.     Novel Salah Asuhan karangan Abdul Muis yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1928 sebenarnya tidak seluruhnya sesuai dengan naskah yang asli.
b.    Novel Belenggu karangan Armyn Pane pernah ditolak oleh Balai Pustaka karena isinya dianggap tidak bersifat membangun dan tidak membangun budi pekerti sesuai dengan persyaratan Novel Rinkes.
  1. Karakterisasi Sastra Balai Pustaka
Karakterisasi sastra suatu periode pada umumnya di pengaruhi oleh tiga hal yaiti :
1.    situasi dan kondisi masyarakat;
2.    cita-cita dan sikap hidup para pengarang dan
3.    sikap dan persyaratan yang di tentukan penguasaan atau pemerintah.
Berdasarkan urian diatas karateisasi atau sifat-sifat khas sastra Balai Pustaka dapat dituntutkan secara terinci sebagai berikut :
a.     sebagian besar sastra Balai Pustaka mengambil tema pokok kawin paksa.
Adapun motifnya kawin paksa iti bermacam-macam :
1.    karena pandangan adat bahwa perkawinan crcess cousin(antara saudara sepupu) sebagai perkawinan yang ideal.
2.    karena masalah harta kekayaan, misalnya sebagai penebus utang (sitti nurbaya) atau untuk mendapatkan menantu yang kaya(azab dan sengsara)
3.    karena masalah kedudukan dan keturunan.
b.    Latar belakang sosial sastra Balai Pustaka umumnya berupa perrtentangan antara kaum tuadan kaum muda.
Sikap penulis dalam hal ini bermacam-macam :
1.    ada kecenderungan simpati kepada yang lama.
2.    ada kecenderungan simpati kepada yang baru.
3.    bersikap tengah(sitti nurbaya)
c.     unsure nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas benar.
d.    Peristiwa-peristiwa yang diceritakan sesuai dengan realitas kehidupan dan masyarakat.
e.     Analisis psikologis peleku-pelakunya belum dilakukan secara mendalam
f.     Sastra balai pustaka merupakan sastra bertendens dan bersifat didaktis.
Tendens didaktis menimbulkan kelemahan karya sastra, misalnya :
1.    sering pengarang keluar dari jalan cerita.
2.    jalan ceritanya menjadi tidak wajar dan tidak logis;
3.    watak pelaku-pelakunya umumnya haya terbagi menjadi dua;
4.    lukisan kehidupan pelakunya sering kurang wajar.
g.    Bahasa sastra Balai Pustaka adalah bahasa Indonesia pada masa permulaan perkembangan yang pada masa itu disebut bahasa melayu umum;
h.    Ganre(jenis) sastra hasil Balai Pustaka bentuk roman sedang puisinya masih berupa pantun dan syair.



  1. Pengarang-pengarang Balai Pustaka
a.     Aman Datuk Majoindo
Aman terkenal dengan cerita kanak-kanak, buku karangannya tentang cerita kanak-kanak yaitu :
1.      Si Dul Anak Betawi
2.      Anak Desa
Karangan A.Dt. Majuindo yang berbentuk novel idalah :
1.    Si Cebol Rindukan Bulan
2.    Menebus Dosa
3.    Perbuatan Dosa
4.    Rusmala Dewa (dikarang bersama S. Harjasumanto)
5.    Sebabnya Rafiah Tersesat (dikarang bersama S. Harjasumanto)
Yang paling menarik diantara karyanya ialah Si Cebol Rindukan Bulan, ceritanya mengishkan kehidupan amat Pendek (engkau pandeka) yang kegila-gilaan agar anak gadisnya yang bernama fatimah dapat bersuamikan seorang pemuda bangsawan yang bernama sutan ajis, walaupun sebenarnya fatifah sudah mengikat janji dengan didong, seorang pemuda dikampungnya
b.    Muhamad Kasim.
Pengarang cerita anak-anak yang lain ialah Muh. Kasim Karangannya yang mendapat hadiah Balai Pustaka th 1924 berjudul : Pemandang Dunia Anak-anak .
Muhamad Kasim terkenal pengarang cerita-cerita lucu, disamping pengarang lucu yang lain, seperti : Suman Hasibuan dan juga Aman Datuk Majuindo

c.     Tulis Sutan Sati
Bahasa Tulis Sutan Sati amat terpengaruh bahasa minangkabau dan penuh dengan bahasa klise yang berupa peribahasa dan pepatah.
Karangannya yang berbentuk novel :
1.      Tidak Membalas Guna (1932)
2.      Memutuskan Pertalian (1932)
3.      Sengsara Membawa Nikmat(1928)
Cerita lama yang disadur dalam bentuk syair :
1.    Siti Marhumah Yang Saleh
2.    Syair Rosina
d.    Salasih dan Sa’adah Alim.
Keduanya karangan wanita, karangan yang berbentuk novel ialah :
1.      Kalau Tak Untung (1933)
2.      Pengaruh Keadaan(1973)
Sa’adah menulis sandiwara yang berjudul Pembalasanya (1941) dan kumpulan cerpen
e.     Marari Siregar
Marari Siregar sebenarnya dapat dikatakan sebagai pengarang novel Balai Pustaka yang pertama. Bukunya bernama Azab dan Sengsara.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama